Samudra dan Alaska
Sinar
matahari datang menembus melewati jendela kamar, kicauan burung yang sangat
merdu terdengar merdu, tetapi ada saja yang membuat kicauan itu menjadi tidak
merdu lagi, Terdengar suara plang seperti
suara piring yang dilempar.
“Abang,
ayah sakitin bunda lagi aku takut”
Alaska tiba-tiba datang ke kamar saya dengan
raut wajah yang sangat takut. Saya segera keluar kamar untuk melindungi bunda,
karna saya takut kalau ayah bermain tangan lagi. Saya menahan piring yang ingin
di lempar kearah bunda. Saya dan ayah beradu mulut, lalu ayah pun pergi dari
rumah. Setelah kejadian itu saya langsung bergegas bersama Alaska ke sekolah.
“Sam,
bolos?”Naresh datang menggunakan motor vespa kesayangan nya itu.
“Pelajaran
Bu Jess?”
Ia menjawab dengan anggukan kepala. Saya dan
Naresh segera menaruh tas di kelas dan bergegas ke warung Mang Asep. Setelah
sampai di warung Mang Asep, sudah ada Maraka dan Jevano menunggu. Kami di sini
hanya minum kopi atau makan gorengan dan terkadang bergurau.
“Sam
sabtu nanti ada balapan, tempat biasa menang dapat lima puluh juta.” Kata
Maraka sambil melahap pisang gorengnya itu.
Saat
itu saya belum menjawab ajakan dari Maraka. Saya memikirkan baik-baik ajakan
itu, jika saya menang saya bisa membayar untuk Kemoterapi bunda, ayah tidak berperan untuk mencari nafkah
dikeluarga kami, tetapi bunda. Bunda berjualan kue kering secara online, tapi itu hanya cukup untuk makan
dan uang sekolah saya dan Alaska.
Adik
kecil saya Alaska berada di kelas satu Sekolah Menengah Atas. Alaska termasuk
anak berprestasi dikeluarga tidak seperti saya yang sering bolos dan nakal.
Tapi untuk tugas sekolah saya selalu mengumpulkan karna bunda selalu memerika
tugas-tugas saya dan Alaska.
Ketika
ingin memejamkan mata untuk beristirahat malam ini saya mendengar suara pagar
terbuka, mungkin ayah pulang dan ya sudah diduga itu ayah, beliau datang ke
rumah sambil memegang botol minuman keras dan berjalan sempoyongan. Saya
terkadang melihat bunda selalu menangis di malam hari, ketika ayah pulang
dengan mabuk. Saya menghampiri bunda
“Bunda
yang kuat ya, Samudra di sini ada buat bunda dan Alaska, Samudra gak mau bunda sedih, nanti Tuhan juga
sedih. Samudra janji akan selalu di sisi bunda dan Alaska.” Saya memeluk bunda
dan saya mulai menitiskan air mata perlahan.
Setelah
itu saya langsung bergegas ke kamar untuk tidur karena esok hari harus bangun
pagi untuk ujian. Pagi ini tidak ada matahari yang menerangi kamar, di luar
terlihat sangat gelap. Saya segera membangunkan Alaska untuk bersiap-siap agar
tidak hujan saat berangkat.
Pelajaran
mulai seperti biasanya, saat saya sedang mengerjakan ujian, seperti biasa
Naresh selalu meminta jawaban untuk beberapa nomor, ia menyenggol siku saya lalu
menggunakan jarinya ia memberika kode satu jari yang tanda nya ia menanyakan
nomor satu. Saya hanya menjawab dengan anggukan yang tandanya adalah opsi
pertama di jawaban.
Setelah
ujian selesai, saya mendapat kabar bahwa Alaska masuk UKS. Saya segera menuju
UKS dan terdapat Alaska disana. Dia duduk di pinggir kasur dengan tubuh yang
basah dan lutut kaki yang memar. Saya terkejut, siapa yang melakukan ini kepada
gadis kecil kesayangan saya.
“Siapa?
Kasih tau abang!” Suara saya yang sedikit meninggi karena terbawa amarah.
“Tadi
lantai licin bang, terus aku jatuh.” Alaska menjawab dengan muka yang sangat
pasrah, saya tahu dia berbohong karna ini bukan pertama kalinya, tetapi sudah
ke empat kalinya di bulan ini. Saya segera bertanya kepada sahabat Alaska dan ternyata
dugaan saya benar, Tama yang melakukannya. Ia adalah musuh bebuyutan saya, bisa
dibilang seperti itu karena dia selalu kalah jika balap motor dengan saya, tapi
entah mengapa selalu Alaska yang menjadi sasaran balas dendam nya.
Sehabis
dari rumah mengantar Alaska pulang saya bergegas untuk mengabari Naresh dan
Maraka untuk bertemu Tama dengan teman-temannya. Di daerah perumahan yang sepi
dan banyak pepohonan ini terdapat satu rumah yang sudah runtuh itu adalah
tempat Tama dan teman-temannya biasa berkumpul.
“Mau
apa lagi kamu? KENAPA ALASKA LAGI YANG SELALU JADI SASARAN KAMU?” Suara saya
yang meninggi hampir memenuhi seluruh rumah.
“Hahahaha,
saya hanya menguji kamu saja Samudra” Katanya sambil tertawa jelek, ya memang
jelek kerena tidak ada yang lucu di sini.
“Sekarang
mau apa?”
“Yang
Sabtu di majukan malam ini saja, berani?”
“Oke,
deal! Jika saya menang 50 juta milik saya, dan kamu stop menganggu Alaska dan
teman-teman saya.”
“Oke,
sampai bertemu pecundang hahaha.”
Saya
tetap menahan emosi saya agar tidak terjadi adu kekuatan dengan mereka. Sampai
di rumah saya melihat Alaska yang sedang bermain gitar, ia memanggil nama saya
dan meminta saya untuk bernyanyi. Sudah lama saya tidak bernyanyi dan bermain
gitar.
“Nanti
Alaska rekam ya, untuk tugas seni musik.” Katanya, saya balas dengan anggukan
kepala.
Saya
dan Alaska bernyanyi lagu Rehat milik Kunto Aji. Suara Alaska yang sangat
tenang dan damai sangat cocok dengan lagu ini. Lantunan nada dan suara kami
hampir memenuhi seisi ruangan, saya memandangi wajah adik saya yang mungil ini.
Saya melihat senyumnya yang terbuka lebar seperti matahari yang sedang tertawa,
tetapi dibalik semua itu ada rasa lelah dan tangis dari bunda yang selalu
bertengkar dengan ayah, ia yang selalu jadi sasaran oleh Tama, dan ia yang
selalu membantu bunda bekerja. Alaska adalah wanita terhebat setelah bunda yang
saya ketahui.
Malam
pun tiba, saya bergegas untuk pergi ke arena. Saya melihat Alaska apakah dia
sudah terlelap atau belum, karena jika masih bangun ia akan melarang saya untuk
pergi. Alaska sudah tidur dan saya langsung berangkat ke arena.
Arena
tersbut hanya seperti jalanan yang kosong tanpa ada rumah penduduk di
sekitarnya. Kain putih sudah di jatuhkan tandanya balapan sudah dimulai. Saya
segera melajukan motor dengan kecepatan yang tinggi. Terlihat dari kaca spion
motor tama mulai beradu dengan motor saya, segeralah saya menaikan kecepatan,
tetapi saat saya ingin menaikan kecepatan roda motor belakang pecah. Agar tidak
bahaya, saya segera berhenti entah kenapa roda bawah motor saya bisa pecah.
Terlihat dari tempat saya berhenti ada seorang
perempuan menyebrang dengan berjalan. Saya segera berlari dengan kencang untuk
menarik perempuan itu, tetapi naas perempuan itu tertabrak dengan motor Tama
yang melaju sangat kencang. Saya segera berlari untuk melihat perempuan itu,
saya terkejut perempuan itu adalah adik saya sendiri Alaska. Wajah manis nya
tertutupi oleh darah yang sangat banyak. Tama sang dalang dari ini semua kabur
dengan motornya. Saya segera menelfon ambulan dan teman-teman saya.
Tama
di pindahkan ke Jepang setelah kejadian ini oleh ayahnya karena kecelakaan yang
dibuatnya membuat nyawa adik saya hilang. Setelah ia mengetahui bahwa Alaska
tiada keluarganya mengirimkan saya uang yang sangat banyak, tetapi saya tolak
mentah-mentah dan mengembalikannya. Saya hanya ingin masalah ini masuk ke jalur
hukum. Walaupun saya ikut dalam penyebab meninggal nya Alaska.
Tiga tahun setelah kejadian itu, saya di Drop Out dari sekolah dan Tama
dipenjarakan selama lima tahun. Bunda yang masih menangisi Alaska setiap malam
terlihat bahwa bunda masih belum merelekan anak perempuan nya itu. Saya sangat menyesal
menuruti kata Tama saat itu.
Saya
dan bunda memulai lembaran baru berusaha melupakan kejadian-kejadian buruk di
masa lalu. Setiap dua minggu sekali saya selalu datang ke makam Alaska dengan
membawa Bunga Mawar putih bunga kesukaan Alaska. Saya sangat bangga kepada adik
kecil saya ini, ia pasti sudah tenang di atas sana bersama para Malaikat.
Selamat tidur cantik, dari kakakmu Samudra Laut Putra.
Komentar
Posting Komentar